Aku masih berpikir pada setumpuk sisa waktu,
Masihkah jemari meninipkan rindu pada awan yang tak jua menyelimuti rembulan?
Aku masih menerkah pada setitik jejak yg terlupakan jaman,
Masikah aku menyaksikan risalah bangsa ini?
Atau itu tidak akan hadir sampai malam yg abadi.
Masihkah jemari meninipkan rindu pada awan yang tak jua menyelimuti rembulan?
Aku masih menerkah pada setitik jejak yg terlupakan jaman,
Masikah aku menyaksikan risalah bangsa ini?
Atau itu tidak akan hadir sampai malam yg abadi.
Aku kan hidup seabad lagi,
Bukan ragaku juga bukan aku.
Tapi ingatanku yg akan tetap hidup bersama senja kala itu.
Negeriku mencongkel mata dan menusuk telingaku.
Dimana sang negara?
Sekarang hanya sekedar negara tiruan.
Dimana mimpi itu?
Aku kan hadir disela masa, bukan aku tapi pikirku.
Bukan ragaku juga bukan aku.
Tapi ingatanku yg akan tetap hidup bersama senja kala itu.
Negeriku mencongkel mata dan menusuk telingaku.
Dimana sang negara?
Sekarang hanya sekedar negara tiruan.
Dimana mimpi itu?
Aku kan hadir disela masa, bukan aku tapi pikirku.
Bangsaku telah lama mati,
Hanya sekelompok wakil yg mengalungkan uang atas namaku.
Aku sendiri masih berpikir,
Apakah aku adalah aku yg aku tahu?
Hanya sekelompok wakil yg mengalungkan uang atas namaku.
Aku sendiri masih berpikir,
Apakah aku adalah aku yg aku tahu?
Negeriku yg makmur derita, tak seindah tanahnya.
Laut yg bergelimang ruah sahaja,
Hanya menjadi cerita sang derita sang pelut.
Lantas apa yg ingi aku banggakan?
Laut yg bergelimang ruah sahaja,
Hanya menjadi cerita sang derita sang pelut.
Lantas apa yg ingi aku banggakan?
Aku disini bersama gerimis yg bernyanyi tentang risau penghuninya.
Goah goa berlumut menyelimuti lambung tak berisi,
Dimana negeri yg makmur itu?
Makmur dengan hutang?
Atau.. makmur akan kebohongan?
Goah goa berlumut menyelimuti lambung tak berisi,
Dimana negeri yg makmur itu?
Makmur dengan hutang?
Atau.. makmur akan kebohongan?
Yah...
Seabad lagi aku ingin kembali,
Untuk menyaksikan kehancuran itu.
Tanah, api dan laut
Masihkah semakmur pencerita yg mulutnya berbau selangkang?
Bangkitlah, mengaunglah, mencakarlah, terkalah seperti kau adalah pembawa perubahan itu.
Aku dan negeriku
Seabad lagi aku ingin kembali,
Untuk menyaksikan kehancuran itu.
Tanah, api dan laut
Masihkah semakmur pencerita yg mulutnya berbau selangkang?
Bangkitlah, mengaunglah, mencakarlah, terkalah seperti kau adalah pembawa perubahan itu.
Aku dan negeriku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar