Aku masih membayangki kosa kata apa yg gambarkan wanita akhir zamanku.
Nobar cinta menghiasi putaran bumi.
Aku pernah terperangkap pada cinta-cinta yang mengiasi napasku.
Aku terlepas dan terbelenggu pada nada-nada cinta yang kuhembuskan.
Kala itu aku bercerita tetang cinta yang hanya tuhan yang memisahkan.
Dikala itu pristiwa yang tak bisa racun bisikan manusia.
Masa itu, ketika cerita cinta yang tak akan aku serahkan pada cinta lain.
Diwaktu itu aku membimbing cinta pada arti hidup dengan cinta.
Purnama pertamaku menggiringku pada opini cinta terakhirku.
Fakta menjadikanku mengerti arti rusukku yg telah kembali.
Novel hidup telah aku lukis pada kanfas bersama wanita akhir Zamanku.
Dunia kan kujadikan cerpen aku dengan rusukku.
Wanitaku...
Telah aku sempurnakan cinta bersamamu.
Kan kemudikan sampan kecil kita hingga menuju bahtera yang hakikih.
Romeo dan juliet telah menutup cinta.
Tapi cintaku dan dirimu laksamana cinta Adam dan Hawa.
Wanitaku jika kelak badai menerjang.
Genggamlah gemariku, untuk melangkah agar kita mengerti arti badai dalam cinta.
Wanitaku, kesucian hati yang akan meredahkan badai.
Wanitaku diakhir Zamanku.
Senin, 24 September 2018
Jumat, 07 September 2018
EMBUN MALAM
Telah nampak embun diseroja malam.
Dikaki senyum meratapi nestapa yang terkurung dalam detak jantung.
Engkau membisu dengan sejuta tanya.
Yang menjadikan embun malam mencekam.
Tawa dikala fajar, engkau titipkan embun dipipi ayu mu.
Menggoreskan sejuta tanya untuk kebisingan malam.
Wahai yang terkubur?
Nampaklah engkau untuk menjawab sejuta tanya yang menyayat cinta.
Embun malah.
Engkau menyayat cinta dalam jelajah cinta diabad etalase waktu.
Engkau mengubur senyumku untuk esok.
Engkau patahkan bilah panah bersama tetesan embun yang engkau ceritakan.
Bila engkau membisu dengan sejuta syair tanya?
Maka biarkan aku menjawab dengan sejuta diam.
Bila engkau menjawab, sungguh rasa ingin tahuku telah patah bersama angin malam.
Mata sang sastrawan gila.
Dikaki senyum meratapi nestapa yang terkurung dalam detak jantung.
Engkau membisu dengan sejuta tanya.
Yang menjadikan embun malam mencekam.
Tawa dikala fajar, engkau titipkan embun dipipi ayu mu.
Menggoreskan sejuta tanya untuk kebisingan malam.
Wahai yang terkubur?
Nampaklah engkau untuk menjawab sejuta tanya yang menyayat cinta.
Embun malah.
Engkau menyayat cinta dalam jelajah cinta diabad etalase waktu.
Engkau mengubur senyumku untuk esok.
Engkau patahkan bilah panah bersama tetesan embun yang engkau ceritakan.
Bila engkau membisu dengan sejuta syair tanya?
Maka biarkan aku menjawab dengan sejuta diam.
Bila engkau menjawab, sungguh rasa ingin tahuku telah patah bersama angin malam.
Mata sang sastrawan gila.
Sabtu, 07 Juli 2018
SEBONGKAHAN
Gemuruh embun menggelinding dipipi manja.
Sepoi-sepoi mencabik belulang dengan senja.
Bisik bulan pada bintang mengangah ditelinga dalam goresan hampa.
Bongkahan rapuh menyusun bait sang mantra.
Jeritan nyanyian malam membakar indra.
Jelatah menggiring bumi mengarah jurang.
Jiwaku ternodai sajak bertumpuk ilusi.
Gelimang raga mengobrak abrik sang risau pada bongkahan malam.
Hum ham hum ham
Mantraku tak seindah tarung dalam taring.
Dimana?
Aku terkubur tanya.
Aku dibalut kain merah muda.
Ajal bukan waktuku, juga bukan untukmu.
Sampai masa, kita kan bangit bersama debu yang bersershkan.
Sampai engkau berkata, kita sama terbawa angin rindu
Sabtu, 10 Februari 2018
INTUISI
Pada angin yang bernari
aku ingin mengajakmu berdansa pada melodi yang tak sempat aku ceritakan
pada senja yang menawan
aku ingi elukiskan indah yang tak sempat aku lukis padamu
pada mentari yang memudar
aku ingin engkau mendengar tentang cahaya yang tak sempat engkau lihat
ini bukan aku, tapi sepengal arah yang tak bisa engkau raih sendiri.
ini bukan intuisi yang menggerogoti malamku, tapi rasa yang tak sempat malam sampaikan pada pagi
ini bukan mimpi yang hilang dikala engkau terbangun dia sirna
tapi ini nyata tentang intuisi yang tak sempat bintang pampaikan pada sang rembulan
ahh...
kamu lagi...
engkau terbayang menemaniku
engkau bukan bayangan
engkau juga bukan cahaya
tapi engkau nyata dengan cinta
ahh...
lantan siapa yang berteduh dibalik cahaya?
ahh...
bukan, dia bukan cahaya
dia cinta pada yang tak sempat bersnar
gumam rindu
ahh bukan
gumam cinta
ahh itu juga buukan
tapi itu tasa yang mengalahkan semua tentang yang yang tak sempat bait menjadi syair
gelombang, bukan itu hanya dentung yang tak bisa engkau lihat
mendung, bukan tapi itu waktu yang tak berhenti.
kambing. bukang itu hanyalah senandung penghias rasa
hujan, bukan itu airmata bahagia
lantas bagaimana aku mengartikan
dia bukan ituisi, tapi sepenggal perjalanan.............................
Langganan:
Postingan (Atom)
TENTANG DEEP LEARNING (IGI KAB. BIMA)
"Deep Learning" atau Pembelajaran Mendalam dalam konteks pendidikan melibatkan pendekatan yang mendalam dan bermakna terhadap ...
-
RANGKAIAN menulis mimpi di kaki mimpi kita berharap mimpi yang menjadi mimpi bersyarat sang terngaung kelak dalam sang ilahi para pemimpin m...
-
NAMPAK TANPA BATAS MIMPI Pembacaan narator atau puisi pengiring kisah “ NAMPAK TANPA BATAS MIMPI ”. Adegan 1. Pemain 1 : ...
-
pada cinta pada helatan waktu berkisah menuliskan tahta di lingkaran duniawi memahami dan mengerti kepada cinta yg terurai rahwana entah su...