Kamis, 09 September 2021

3.1.a.6. Refleksi Terbimbing - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 Eryansyah, S.Pd CGP Angkatan 2 SMAN 2 Bolo Kabupaten Bima NTB

 

Ketika  mengambil sebuah keputusan, biasanya yang jadi pertimbangan adalah akibat yang akan ditimbulkan. Tak hanya itu, pertimbangan moral juga turut berperan. Pertimbangan moral Merupakan keadaan yang sulit, bisa jadi setelah keputusan diambil muncul perdebatan dari banyak pihak.

A.    Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan

1.   Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

Mengapa  langkah ini penting untuk Anda  lakukan?  Pertama, penting bagi kita untuk mengidentifikasi masalah yang sedang kita hadapi, alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama. Kedua, penting bagi kita untuk memastikan bahwa masalah yang kita hadapi memang betul-betul berhubungan dengan aspek  moral,  bukan  sekedar  masalah  yang  berhubungan  dengan  sopan  santun  dan norma sosial.

Tidak  mudah  untuk  bisa  mengenali  hal  ini.  Kalau  kita  terlalu  berlebihan,  kita  bias terjebak dalam situasi seolah-olah kita terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita akan   mempermasalahkan   kesalahan-kesalahan   kecil.   Sebaliknya   bila   kita   terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali aspek-aspek permasalahan etika dalam masalah yang sedang kita hadapi..

2.   Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi yang sedang kita hadapi, pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Bukan berarti kalau permasalahan tersebut bukan dilema kita, maka kita menjadi tidak peduli. Karena kalau permasalahan ini sudah menyangkut aspek moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.

3.   Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

 

Proses pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail; apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak,  apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya.  Data-data tersebut penting karena dilema etika tidak bersifat teoritis, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang mempengaruhi situasi tersebut, sehingga data yang detail akan menjelaskan alasan seseorang melakukan sesuatu dan bisa juga mencerminkan kepribadian seseorang dalam situasi tersebut. Kita juga harus bisa menganalisis hal-hal apa saja yang potensial yang bisa terjadi di waktu yang akan datang.

 

4.   Pengujian benar atau salah

1. Uji Legal

Pertanyaan penting di uji ini adalah apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi itu? Bila jawabannya adalah iya, maka situasi yang ada bukanlah antara benar lawan benar (dilema etika), namun antara benar lawan salah (bujukan moral). Keputusan yang harus diambil dalam situasi adalah pilihan antara mematuhi hukum atau tidak, dan keputusan ini bukan keputusan yang berhubungan dengan moral.

2. Uji Regulasi/Standar Profesional

Bila situasi yang dihadapi adalah dilema etika, dan tidak ada aspek pelanggaran hukum di  dalamnya,  mari  kita  uji,  apakah  ada  pelanggaran  peraturan  atau  kode  etik  di dalamnya. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus  melindungi sumber beritanya,   seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan respek sehubungan dengan profesi Anda.

3.  Uji Intuisi

Langkah  ini  mengandalkan  tingkatan  perasaan  dan  intuisi  Anda  dalam  merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini  mengandung hal-hal yang akan membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini.   Walaupun mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.

 

4. Uji Publikasi

Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan di media cetak maupun elektronik   dan menjadi viral di media sosial. Sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi konsumsi publik? Coba Anda bayangkan bila hal itu terjadi. Bila Anda merasa tidak nyaman kemungkinan besar Anda sedang menghadapi benar situasi benar lawan salah atau bujukan moral.

5.  Uji Panutan/Idola

Dalam langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda.

Yang perlu dicatat dari kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu:

a.       Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam.

b.      Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir.

c.       Uji  Panutan/Idola    berhubungan dengan prinsip  berpikir  berbasis  rasa  peduli  (Care- Based Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi orang lain.

Bila situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan mengambil resiko membuat keputusan yang  membahayakan  atau  merugikan  diri  Anda  karena  situasi  yang  Anda  hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral.

5.   Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

Empat paradigm pengambilan keputusan:

-     Individu lawan masyarakat (individual vs community)

-     Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

-     Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

-     Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Keputusan Individu lawan masyarakat (individual vs community) Paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Bisa juga konflik antara kepentingan pribadi melawan kepentingan orang lain

Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang.

Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) Kebenaran, Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia  kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat. 

Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) Paradigma ini Biasa dialami setiap orang, Kadang kita dihadapkan pada persoalan perlu atau tidak untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi di level personal dan permasalahan sehari-hari, atau pada level yang lebih luas, misalnya pada issue-issue politik, maupun  secara global.

Pentingnya mengidentifikasi paradigma ini,     bukan hanya mengelompokkan permasalahan,   namun membawa penajaman bahwa situasi yang Anda hadapi   betul- betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.

6.   Melakukan Prinsip Resolusi

Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?

Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan digunakan. Dalam seminar-seminar, ketiga prinsip ini yang seringkali membantu  dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut adalah Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).

Pemikiran berbasis akhir sering kali dicirikan sebagai "lakukan yang terbaikuntuk orang sebanyak-banyaknya". Juga dikenal sebagai utilitarianisme dalamfilsafat, ini didasarkan pada gagasan bahwa benar dan salah paling baikditentukan dengan mempertimbangkan konsekuensi atau hasil dari suatu tindakan.Kritik terhadap pandangan ini berpendapat bahwa hampir tidak mungkin untukmeramalkan semua konsekuensi dari perilaku pribadi seseorang, apalagikonsekuensi dari tindakan kolektif seperti keputusan kebijakan yangmempengaruhi masyarakat secara lebih luas. Meskipun hasilnya dapat diketahui,ada masalah lain dengan pendekatan ini. Misalnya, apakah pandangan ini secaraetis membenarkan kematian lusinan bayi dalam penelitian medis jika hasilnyadapat menyelamatkan ribuan bayi lainnya?

Pemikiran berbasis aturan konsisten dengan filosofi Kant dan dapatdikategorikan dalam bahasa sehari-hari sebagai "mengikuti prinsip atau tugastertinggi". Ini ditentukan bukan oleh proyeksi apa pun tentang hasil dari suatutindakan, melainkan dengan menentukan jenis standar yang harus dipegang setiaporang sepanjang waktu, apa pun situasinya. Dalam kata-kata Kant, "Aku tidakboleh bertindak kecuali sedemikian rupa sehingga aku juga bisa menghendakipepatahku menjadi hukum universal." Meskipun prinsipnya tinggi hati, itu bias secara paradoks memperkecil peran yang dimainkan penilaian manusia dalam pengambilan keputusan etis dengan menyerahkan semua tindakan pada komitmenyang kaku dan tidak masuk akal pada aturan tanpa pertimbangan konteks spesifik dari suatu keputusan ("Jika saya membiarkan Anda melakukan ini, maka saya harus semua orang lakukan")

Pemikiran berbasis Rasa peduli menggambarkan apa yang banyak orang anggap sebagai Aturan Emas perilaku yang umum dalam beberapa bentuk di banyakagama dunia: "Lakukan apa yang Anda ingin orang lain lakukan kepada Anda."Intinya, pendekatan ini menerapkan kriteria reversibilitas dalam menentukan kebenaran tindakan

7.   Investigasi Opsi Trilema

Dalam mengambil keputusan, seringkali ada 2 pilihan yang bisa kita pilih. Terkadang kita perlu mencari opsi di luar dari 2 pilihan yang sudah ada. Kita bisa bertanya pada diri kita, apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian  yang  kreatif  dan    tidak  terpikir  sebelumnya  yang  bisa  saja  muncul  di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah. Itulah yang dinamakan investigasi opsi trilema.

8.   Buat Keputusan

Akhirnya  kita  akan  sampai  pada  titik  di  mana  kita  harus  membuat  keputusan  yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.

 9.   Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya

 

B.     Dampak mempelajari  modul ini

 

a.       Sebelum belajar modul

Sebelum belajar modul, ketika dalam menghadapi persoalan lebih dominan pengambilan berdasarkan aturan atau tata terti sekolah, sehingga keputusan yang lahir begitu kaku tanpa meperhatikan konsep pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga keputusan yang diambil belum bias mengakomodir semua fakta-fakta yang ada.

 

b.      Sesudah belajar modul

 

Setelah mempelajari modul ini  diperoleh wawasan batu tentang pentingnya memperhatikan konsep pengambilan dan pengujian keputusan, serta setelah mempelajari modul ini  dilemma pengambilan keputusan dibutuhkan konsep agar tidak merugikan secara induvidu ataupun kelompok. Dengan mempelajari dilemma etika dimodul ini saya menjadari kepemimpinan tidak sebudah menyampaikan kata “pemimpin” tapi aktualisasi atas gelar itu sangat membutuhkan tanggung jawab besar agar bias menaungi semua kepentingan bersama

 

C.    Seberapa penting mempelajari modul ini?

Sebagai seorang guru yang nota bene sebagai pemimpin pembelajar sesuai bidangnya sangat penting mempelajari modul ini, karena modul ini akan jadi cikal bakal menghasilkan keputusan yang sangan membantu serta akan menjadikan pemimpi pembelajar yang siap memimpi diri sendiri, kelas yang diampu bahkan sebagai pemimpi sekolah.

D.    Dampak/perbedaan di lingkungan Anda setelah Anda mempelajari modul ini?

Perubahan cara pengambilan keputusan atas persoalan yang dihadapi dilingkungan kelas,  yang awalnya langsung mencap siswa berdasarkan apa yang dilakukan atau kesalahan yang dilakukan, jadi perbedaan yang akan dilakukan adalah cara pendekatan dalam pengambilan keputusan dengan 9 prinsip pengambilan dan pengujian keputusan

TENTANG DEEP LEARNING (IGI KAB. BIMA)

  "Deep Learning" atau Pembelajaran Mendalam dalam konteks pendidikan melibatkan pendekatan yang mendalam dan bermakna terhadap ...