Eryansyah, S.Pd CGP Angkatan 2 SMAN 2 Bolo Kabupaten Bima NTB
Ketika mengambil
sebuah keputusan, biasanya yang jadi pertimbangan adalah akibat yang akan
ditimbulkan. Tak hanya itu, pertimbangan moral juga turut berperan.
Pertimbangan moral Merupakan keadaan yang sulit, bisa jadi setelah keputusan
diambil muncul perdebatan dari banyak pihak.
A.
Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan
1. Mengenali nilai-nilai
yang
saling bertentangan
Mengapa langkah ini penting untuk Anda lakukan? Pertama, penting bagi kita untuk
mengidentifikasi masalah yang sedang kita hadapi,
alih-alih langsung mengambil keputusan
tanpa menilainya dengan lebih saksama. Kedua, penting bagi kita untuk
memastikan bahwa masalah yang kita hadapi memang betul-betul
berhubungan
dengan aspek
moral,
bukan sekedar
masalah
yang
berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial.
Tidak mudah
untuk bisa
mengenali hal
ini. Kalau
kita terlalu berlebihan,
kita bias terjebak dalam situasi seolah-olah kita terlalu mendewakan
aspek
moral, sehingga kita
akan
mempermasalahkan kesalahan-kesalahan kecil. Sebaliknya
bila kita terlalu permisif,
maka
kita bisa
menjadi apatis dan tidak
bisa mengenali aspek-aspek permasalahan etika dalam
masalah yang
sedang kita hadapi..
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi
ini.
Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral
di
situasi yang sedang kita hadapi,
pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Bukan
berarti kalau permasalahan tersebut bukan dilema kita, maka
kita menjadi tidak peduli. Karena kalau permasalahan ini sudah
menyangkut aspek moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.
3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
Proses pengambilan
keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan
detail;
apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak,
apa
yang akhirnya
terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data-data tersebut penting karena dilema etika tidak bersifat teoritis, namun
ada faktor-faktor pendorong
dan
penarik yang mempengaruhi situasi tersebut, sehingga
data yang detail akan
menjelaskan alasan seseorang melakukan sesuatu dan bisa juga mencerminkan kepribadian seseorang dalam situasi tersebut. Kita juga harus bisa menganalisis hal-hal apa saja yang
potensial yang bisa terjadi
di waktu yang
akan datang.
4. Pengujian benar
atau salah
1.
Uji Legal
Pertanyaan penting di uji
ini adalah apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi
itu?
Bila
jawabannya
adalah iya, maka situasi yang ada bukanlah antara benar lawan benar (dilema etika), namun antara benar lawan salah (bujukan moral). Keputusan yang
harus diambil dalam situasi adalah pilihan antara mematuhi hukum atau tidak, dan
keputusan ini
bukan keputusan yang
berhubungan dengan moral.
2.
Uji Regulasi/Standar
Profesional
Bila situasi yang dihadapi adalah dilema etika, dan tidak ada aspek pelanggaran hukum
di dalamnya, mari kita
uji, apakah ada
pelanggaran peraturan atau kode etik di
dalamnya. Konflik
yang terjadi pada seorang wartawan
yang harus melindungi sumber
beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial
sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak
bisa
dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan
kehilangan
respek sehubungan dengan
profesi
Anda.
3. Uji Intuisi
Langkah ini mengandalkan tingkatan
perasaan dan intuisi Anda
dalam merasakan apakah ada yang salah dengan
situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang
akan membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi
ini akan mempertanyakan apakah
tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini. Walaupun mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan
langsung menunjuk
permasalahannya ada di
mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.
4.
Uji Publikasi
Apa yang Anda akan rasakan
bila keputusan
ini dipublikasikan di media cetak
maupun elektronik dan menjadi viral di media sosial. Sesuatu yang Anda anggap merupakan
ranah
pribadi Anda tiba-tiba
menjadi konsumsi publik? Coba Anda
bayangkan bila hal
itu
terjadi. Bila Anda merasa tidak nyaman
kemungkinan
besar Anda sedang menghadapi
benar situasi benar
lawan salah atau bujukan moral.
5. Uji Panutan/Idola
Dalam langkah ini, Anda akan membayangkan
apa
yang akan dilakukan
oleh
seseorang
yang merupakan
panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah
pada ibu Anda, namun
keputusan apa yang kira-kira akan
beliau ambil, karena beliau adalah orang yang
menyayangi Anda dan orang yang
sangat berarti
bagi
Anda.
Yang perlu dicatat dari kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip
pengambilan keputusan yaitu:
a.
Uji Intuisi berhubungan
dengan
berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang
tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam.
b.
Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based
Thinking) yang mementingkan hasil akhir.
c.
Uji Panutan/Idola
berhubungan dengan prinsip berpikir
berbasis
rasa peduli (Care- Based Thinking), dimana ini berhubungan
dengan golden rule yang meminta Anda
meletakkan diri Anda pada posisi
orang lain.
Bila situasi
dilema etika yang Anda hadapi, gagal di
salah satu uji keputusan tersebut atau
bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan
mengambil resiko membuat keputusan
yang
membahayakan atau
merugikan diri Anda
karena situasi
yang
Anda hadapi bukanlah situasi
moral dilema, namun bujukan moral.
5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
Empat paradigm pengambilan keputusan:
-
Individu lawan masyarakat
(individual vs community)
-
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
-
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
-
Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs
long
term)
Keputusan Individu lawan masyarakat (individual vs
community) Paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri
sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga
menjadi bagiannya. Bisa juga konflik antara kepentingan pribadi melawan
kepentingan orang lain
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs
mercy) paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan
tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah
memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi,
dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang.
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) Kebenaran, Kejujuran
dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi
dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan
berlaku setia kepada orang lain. Apakah
kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung
nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah
dibuat.
Jangka pendek lawan jangka panjang (short term
vs long term) Paradigma ini
Biasa dialami setiap orang, Kadang kita
dihadapkan pada persoalan perlu atau tidak untuk memilih antara yang
kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan
datang. Paradigma ini bisa terjadi di level personal dan permasalahan
sehari-hari, atau pada level yang lebih luas, misalnya pada issue-issue
politik, maupun secara global.
Pentingnya
mengidentifikasi paradigma ini,
bukan hanya mengelompokkan permasalahan, namun membawa penajaman bahwa situasi yang Anda hadapi
betul- betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti
kebajikan yang
sama-sama penting.
6. Melakukan Prinsip Resolusi
Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang
akan dipakai?
Berpikir Berbasis
Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung
pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada
prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling
sering dikenali dan digunakan. Dalam seminar-seminar, ketiga prinsip ini yang
seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh
tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144).
Ketiga prinsip tersebut adalah Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking),
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), Berpikir Berbasis Rasa
Peduli (Care-Based Thinking).
Pemikiran berbasis akhir sering kali dicirikan sebagai
"lakukan yang terbaikuntuk orang
sebanyak-banyaknya". Juga dikenal sebagai utilitarianisme dalamfilsafat, ini didasarkan pada gagasan bahwa benar
dan salah paling baikditentukan dengan mempertimbangkan konsekuensi atau
hasil dari suatu tindakan.Kritik terhadap
pandangan ini berpendapat bahwa hampir tidak mungkin untukmeramalkan semua konsekuensi dari perilaku pribadi
seseorang, apalagikonsekuensi dari tindakan
kolektif seperti keputusan kebijakan yangmempengaruhi
masyarakat secara lebih luas. Meskipun hasilnya dapat diketahui,ada masalah lain dengan pendekatan ini. Misalnya,
apakah pandangan ini secaraetis membenarkan kematian lusinan bayi dalam
penelitian medis jika hasilnyadapat menyelamatkan ribuan bayi lainnya?
Pemikiran berbasis aturan konsisten
dengan filosofi Kant dan dapatdikategorikan dalam bahasa sehari-hari sebagai
"mengikuti prinsip atau tugastertinggi". Ini ditentukan bukan
oleh proyeksi apa pun tentang hasil dari suatutindakan, melainkan dengan
menentukan jenis standar yang harus dipegang setiaporang sepanjang waktu, apa pun situasinya. Dalam kata-kata Kant,
"Aku tidakboleh bertindak
kecuali sedemikian rupa sehingga aku juga bisa menghendakipepatahku
menjadi hukum universal." Meskipun prinsipnya tinggi hati, itu bias secara paradoks memperkecil peran yang dimainkan
penilaian manusia dalam pengambilan keputusan etis dengan menyerahkan
semua tindakan pada komitmenyang kaku dan tidak masuk akal pada aturan tanpa
pertimbangan konteks spesifik dari suatu
keputusan ("Jika saya membiarkan Anda melakukan ini, maka saya harus
semua orang lakukan")
Pemikiran berbasis Rasa peduli menggambarkan apa yang banyak
orang anggap sebagai Aturan Emas perilaku
yang umum dalam beberapa bentuk di banyakagama dunia: "Lakukan apa yang
Anda ingin orang lain lakukan kepada Anda."Intinya, pendekatan ini menerapkan kriteria reversibilitas dalam
menentukan kebenaran tindakan
7. Investigasi Opsi
Trilema
Dalam mengambil keputusan, seringkali ada 2 pilihan
yang bisa kita pilih.
Terkadang kita perlu mencari opsi di luar dari 2 pilihan yang sudah ada. Kita bisa bertanya pada diri kita, apakah ada cara untuk
berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul
sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak
terpikir sebelumnya yang bisa
saja muncul
di tengah-tengah kebingungan
menyelesaikan
masalah. Itulah yang dinamakan
investigasi
opsi
trilema.
8. Buat Keputusan
Akhirnya kita
akan sampai pada
titik
di mana kita
harus
membuat keputusan yang
membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.
9. Lihat lagi
Keputusan dan Refleksikan
Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil
pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi
kasus-kasus selanjutnya
B.
Dampak mempelajari modul ini
a.
Sebelum belajar modul
Sebelum belajar modul, ketika dalam menghadapi
persoalan lebih dominan pengambilan berdasarkan aturan atau tata terti sekolah,
sehingga keputusan yang lahir begitu kaku tanpa meperhatikan konsep pengambilan
dan pengujian keputusan, sehingga keputusan yang diambil belum bias mengakomodir
semua fakta-fakta yang ada.
b.
Sesudah belajar modul
Setelah mempelajari modul ini diperoleh wawasan batu tentang pentingnya
memperhatikan konsep pengambilan dan pengujian keputusan, serta setelah
mempelajari modul ini dilemma pengambilan
keputusan dibutuhkan konsep agar tidak merugikan secara induvidu ataupun
kelompok. Dengan mempelajari dilemma etika dimodul ini saya menjadari
kepemimpinan tidak sebudah menyampaikan kata “pemimpin” tapi aktualisasi atas
gelar itu sangat membutuhkan tanggung jawab besar agar bias menaungi semua
kepentingan bersama
C.
Seberapa penting mempelajari modul ini?
Sebagai seorang guru yang nota bene sebagai
pemimpin pembelajar sesuai bidangnya sangat penting mempelajari modul ini,
karena modul ini akan jadi cikal bakal menghasilkan keputusan yang sangan
membantu serta akan menjadikan pemimpi pembelajar yang siap memimpi diri
sendiri, kelas yang diampu bahkan sebagai pemimpi sekolah.
D.
Dampak/perbedaan
di lingkungan Anda setelah Anda mempelajari modul ini?
Perubahan
cara pengambilan keputusan atas persoalan yang dihadapi dilingkungan
kelas, yang awalnya langsung mencap
siswa berdasarkan apa yang dilakukan atau kesalahan yang dilakukan, jadi
perbedaan yang akan dilakukan adalah cara pendekatan dalam pengambilan
keputusan dengan 9 prinsip pengambilan dan pengujian keputusan