BUDAYA POSITIF SEKOLAH BEBAS BULLI
A. Latar Belakang
Sejatinya,
sekolah adalah tempat anak untuk tumbuh kembang untuk mencapai tujuan dan cita
siswa, sekolah merupakan wadah untuk anak membentuk karakter diri yang mandiri,
kreatif serta kolaboratif serta berkembangsesui kodrat alam yang melekat pada
pembentukan karakter sesuai budaya tempat atau wilayah yang didiaminya.
Seperti yang tertera di
kamus bahasa Indonesia sekolah merupakan
bangunan atau lembaga untuk belajar
dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. sejatinya
sekolah adalah tempat terbentuknya sebuah budaya positif yang akan memnjadikan
anak didik menjadi karakter yang sesuai dengan bentuk sekolah itu sendiri.
Budaya merupakan cara hidup yang berkembang serta
dimiliki bersama oleh kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya positif yang dicanangkan di lingkungan SMAN 2 Bolo budaya sekolah bebas
dari kekerasan.
Mendidik dengan kekerasan adalah
bukan budaya positif dan tidak boleh berkembang dilingkungan sekolah, seperti
bulli, guru memberikan hukuman fisik, ataupun tawuran antara pelajar serta
mendidik dengan cara mengintimidasi merupakan hal yang harus dihapuskan
dilingkungan sekolah.
Budaya
adalah sebuah kebiasaan yang lahir dan berkembang bersama manusia itu sendiri,
budaya lahir bukan dengan mudah tapi membutuhkan waktu dan proses yang panjang,
mulai dari menemukan masalah dan mendapatkan solusi atas masalah sehingga
memerlukan sebuah konsep yang mengatur pelaksanaan sampai terbentuknya sebuah
budaya sesuai dengan kehidupan bersosial.
B.
Deskripsi aksi nyata
Dalam merumuskan aksi nyata tidak
semerta merumuskan, akan tetapi berdasarkan temuan dilapangan, berdasarkan
pengalaman dan temuan selama mengajar 9 tahun ini, ditemukan bahwa pembelajaran
dengan model kekerasan masih terjadi dilingkungan, baik kekerasan secara fisik
maupun secara verbal, hal ini mengakibatkan terbentuknya pribadi siswa yang
minder dan takut untuk berpikir kritis, kreatif serta inofatif. Ini merpakan
kegagalan pendidikan tanah air untuk itu saya selaku CGP angkatan ke 2 SMAN 2
Bolo merancang konsep budaya positif agar sekolah terbebas dari budaya
kekerasan, konsep ini baru saya menerapkan untuk kelas yang menjadikan saya
wali kelas yaitu kelas X Mia 4.
Dalam menyusun kesepakatan kelas, saya memberikan siswa stimulus
tentang apa itu budaya positif kepada siswa, setelah saya melakukan stimulus
saya menyapaikan kepada siswa, saya mengkorek informasi tentang hal-hal apa
yang mereka tidak inginkan dilingkungan kelas serta kelas seperti apa yang
mereka harapkan. Dalam hal ini siswa belum berani mengemukakan hal yang mereka
inginkan, ketika saya melihat belum ada respon siswa saya memberikan motifasi
kepada siswa, bahwa dilingkungan SMAN 2 Bolo adalah rumah ke2 untuk mereka, bapak
yang berdiri didepan kalian adalah orang tua yang senantiasa akan menjadi
penopang kalian untuk mencapai cita-cita kalian, ketika kalian belum berani
mengemukakan apa yang kalian inginkan, bagai mana mungkin bapak mengetahui
perasaan kalian, bagaimana mungkin bapak mengetahui keinginan kalian. Ketika
kalian pergi berobat kedokter pasti dokter akan bertanya pada kalian, sakit apa
nak? Pasti kalian akan menjawab sakit yang kalia alami sehingga dokter bias mendiaknosa penyakit yang dialami serta
memberikan resep obat untuk kesembuhan kalian, jadian tujuan bapak bertanya
kepada kalian tentang hal-hal yang kalian tidak inginkan dan harapan kalian
adalah untuk mengetahui apa yang kalian harapkan agar kalian bias menjadi
generai milenia. Setelah saya memberikan motifasi banyak siswa memberikan respon , sehingga diperoleh gambaran kelas
seperti apa yang diinginkan siswa, hasil yang disampaikan siswa ditulis diatas
papan tulis.
Setelah menulis hal yang tidak diinginkan dan kelas seperti apa
yang di inginkan siswa, saya menggiring sebuah konsep kesepakatan bersama
tentang bagai mana cara mewujudkan kelas impian yang mereka inginkan itu. Pada
proses ini diperoleh data, siswa menginginkan kelas yang asik, bersih, saling
menghargai antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, tidak membeda-bedakan
siswa, guru dan siswa hadir tepat waktu, tidak boleh menggunakan mikup,
berpakaian rapih. Setelah mencatat semua kesepakatan itu saya bertanya kepada
siswa, dari semua kesepakatan itu mana yang paling dibutuhkan untuk menciptakan
kelas yang sesuai dengan yang mereka inginkan. Melalui diskusi yang alot
disepakati sebuah konsep akhir kesepakatan kelas yang disetujuai bersama adalah
1.
Guru
dan siswa Hadir tepat waktu
2.
Sebelum
pulang membersihkan kelas bersama
3.
Suasana
pembelajaran yang menyenangkan
4.
Kelas
yang jahu dari Bulli
5.
Berpakaian
rapih
Kelima
kesepakatan ini akan menjadi pedoman kelas X Mia 4 di sman 2 bolo dan akan
dilakukan refleksi sebelum memulai pembelajaran untuk mengetahui sejahu mana
kesepakatan bersama dijalankan serta hal hal apa yang menjadi problem dalam
menjalankan kesepakatan bersama tersebut.
C.
Hasil aksi nyata
Hasil kesepakatan kelas
Poster