Minggu, 27 Juni 2021

CGP- ANGKATAN 2-KAB. BIMA NTB-ERYANSYAH, S.Pd, -SMAN 2 BOLO-1.4 AKSI NYATA BUDAYA POSITIF (SEKOLAH BEBAS BULI)

 

BUDAYA POSITIF SEKOLAH BEBAS BULLI

A.    Latar Belakang

                        Sejatinya, sekolah adalah tempat anak untuk tumbuh kembang untuk mencapai tujuan dan cita siswa, sekolah merupakan wadah untuk anak membentuk karakter diri yang mandiri, kreatif serta kolaboratif serta berkembangsesui kodrat alam yang melekat pada pembentukan karakter sesuai budaya tempat atau wilayah yang didiaminya.

            Seperti yang tertera di kamus bahasa Indonesia  sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. sejatinya sekolah adalah tempat terbentuknya sebuah budaya positif yang akan memnjadikan anak didik menjadi karakter yang sesuai dengan bentuk sekolah itu sendiri.

            Budaya merupakan cara hidup yang berkembang serta dimiliki bersama oleh kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya positif yang dicanangkan di lingkungan SMAN 2 Bolo budaya sekolah bebas dari kekerasan.

            Mendidik dengan kekerasan adalah bukan budaya positif dan tidak boleh berkembang dilingkungan sekolah, seperti bulli, guru memberikan hukuman fisik, ataupun tawuran antara pelajar serta mendidik dengan cara mengintimidasi merupakan hal yang harus dihapuskan dilingkungan sekolah.

            Budaya adalah sebuah kebiasaan yang lahir dan berkembang bersama manusia itu sendiri, budaya lahir bukan dengan mudah tapi membutuhkan waktu dan proses yang panjang, mulai dari menemukan masalah dan mendapatkan solusi atas masalah sehingga memerlukan sebuah konsep yang mengatur pelaksanaan sampai terbentuknya sebuah budaya sesuai dengan kehidupan bersosial.

B.     Deskripsi aksi nyata

Dalam merumuskan aksi nyata tidak semerta merumuskan, akan tetapi berdasarkan temuan dilapangan, berdasarkan pengalaman dan temuan selama mengajar 9 tahun ini, ditemukan bahwa pembelajaran dengan model kekerasan masih terjadi dilingkungan, baik kekerasan secara fisik maupun secara verbal, hal ini mengakibatkan terbentuknya pribadi siswa yang minder dan takut untuk berpikir kritis, kreatif serta inofatif. Ini merpakan kegagalan pendidikan tanah air untuk itu saya selaku CGP angkatan ke 2 SMAN 2 Bolo merancang konsep budaya positif agar sekolah terbebas dari budaya kekerasan, konsep ini baru saya menerapkan untuk kelas yang menjadikan saya wali kelas yaitu kelas X Mia 4.

Dalam menyusun kesepakatan kelas, saya memberikan siswa stimulus tentang apa itu budaya positif kepada siswa, setelah saya melakukan stimulus saya menyapaikan kepada siswa, saya mengkorek informasi tentang hal-hal apa yang mereka tidak inginkan dilingkungan kelas serta kelas seperti apa yang mereka harapkan. Dalam hal ini siswa belum berani mengemukakan hal yang mereka inginkan, ketika saya melihat belum ada respon siswa saya memberikan motifasi kepada siswa, bahwa dilingkungan SMAN 2 Bolo adalah rumah ke2 untuk mereka, bapak yang berdiri didepan kalian adalah orang tua yang senantiasa akan menjadi penopang kalian untuk mencapai cita-cita kalian, ketika kalian belum berani mengemukakan apa yang kalian inginkan, bagai mana mungkin bapak mengetahui perasaan kalian, bagaimana mungkin bapak mengetahui keinginan kalian. Ketika kalian pergi berobat kedokter pasti dokter akan bertanya pada kalian, sakit apa nak? Pasti kalian akan menjawab sakit yang kalia alami sehingga dokter  bias mendiaknosa penyakit yang dialami serta memberikan resep obat untuk kesembuhan kalian, jadian tujuan bapak bertanya kepada kalian tentang hal-hal yang kalian tidak inginkan dan harapan kalian adalah untuk mengetahui apa yang kalian harapkan agar kalian bias menjadi generai milenia. Setelah saya memberikan motifasi banyak siswa memberikan  respon , sehingga diperoleh gambaran kelas seperti apa yang diinginkan siswa, hasil yang disampaikan siswa ditulis diatas papan tulis.

Setelah menulis hal yang tidak diinginkan dan kelas seperti apa yang di inginkan siswa, saya menggiring sebuah konsep kesepakatan bersama tentang bagai mana cara mewujudkan kelas impian yang mereka inginkan itu. Pada proses ini diperoleh data, siswa menginginkan kelas yang asik, bersih, saling menghargai antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, tidak membeda-bedakan siswa, guru dan siswa hadir tepat waktu, tidak boleh menggunakan mikup, berpakaian rapih. Setelah mencatat semua kesepakatan itu saya bertanya kepada siswa, dari semua kesepakatan itu mana yang paling dibutuhkan untuk menciptakan kelas yang sesuai dengan yang mereka inginkan. Melalui diskusi yang alot disepakati sebuah konsep akhir kesepakatan kelas yang disetujuai bersama adalah

1.      Guru dan siswa Hadir tepat waktu

2.      Sebelum pulang membersihkan kelas bersama

3.      Suasana pembelajaran yang menyenangkan

4.      Kelas yang jahu dari Bulli

5.      Berpakaian rapih

Kelima kesepakatan ini akan menjadi pedoman kelas X Mia 4 di sman 2 bolo dan akan dilakukan refleksi sebelum memulai pembelajaran untuk mengetahui sejahu mana kesepakatan bersama dijalankan serta hal hal apa yang menjadi problem dalam menjalankan kesepakatan bersama tersebut.

C.     Hasil aksi nyata

Hasil kesepakatan kelas








Poster


      

TENTANG DEEP LEARNING (IGI KAB. BIMA)

  "Deep Learning" atau Pembelajaran Mendalam dalam konteks pendidikan melibatkan pendekatan yang mendalam dan bermakna terhadap ...