MUALAF
DARI TIMUR INDONESIA
Kisah
itu setelah setahun aku menginjakkan kaki di bumi tercinta. Dimana pendidikan
masih menjadi mitos di tanah timur, tanah yang mennjadi pengasingan pimpinan
tertinggi negaraku, Negara yang harus aku bela dan menjadi embank mencerdaskanya.
Sekitar
tahun 1990 an hiduplah seorang pemuda yang haus akan ilmu, yang haus akan penuh
Tanya dalam otaknya, yang haus akan mencari apa yang belum di ketahuinya. Di
tahun ini dia kelas 3 SMA di istilahkan sekarang tp sebenarnya sekolah yayasan muhammadiah.
Setiap
sekolah mengeluarkan siswa yang beragama Kristen dalam kelas jika akan
berlangsung mata pelajaran Agama Islam. Di kelasku aku dan 7 orang teman yang
satu sekampung denganku di Ende mengalami hal yang serupa.
Seperti
biasanya, dalam benakku kejadian ini merupakan kejadian yang ganjal, aku disini
untuk menimbah ilmu, kenapa aku dan teman-temanku tak di ijinkan mengikuti
kelas, kami bagaikan anak ditirikan, kami bagaikan anak yang di kesampingkan
Viktor…?
Tanya Elisam
Kita
juga adalah siswa, kenapa kita tak bias ikut setiap jam Agama?
Iya
saudaraku, aku paham akan pertanyaanmu, tapi itu bukan materi untuk agama
kita..
Yah..
aku paham, tapi apakah salah kita mengikuti kelas itu, apakah salah kita berada
dalam kelas itu?
Engkau
tak salah sahabatku….. pinta Ignasius. Jika kita berada di kelas itu kita akan
mempelajari islam, bukan agama kita!!!
Akupun
terdiam dan berjalan sambil memegang kalung salib yang selalu aku kenakan, aku
berjalan tampa sepatatah kata. Hingga salah satu temanku Emilius menyapaku hai
elisam….!!!
Iya
Emil? Ada apakah gerangan?
Oh
iya,.. tadi kamu bicara apa sama viktor dan ignas?
Tadiiii…
aak aku bertanyan pada mereka, tapik tak apalah, pasti kau juga sepaham sama
mereka..?!
Akukan
belum dengar, jadi jagan kamu mendikte seperti itu, cerita aja Eli, sempat kita
Sepaham (dalam hati Emil aku sudah tahu yang kau ceritakan)
Gini
Emil, aku tak setuju bila kita di keluarka bila kita di keluarkan bila akan
berlangsung jam Agama Islam, tp teman-teman yang lain tak sepakat dengan saya..
Oh
gtu,,,…
Saudaraku,
bukanya aku tak mendukungmu untuk ikut di kelas itu, tp dikelas itu bukan Agama
kita yang di pelajari, tp yang di pelajari Agama Islam.
Ahhh…..
Kamu sama aja dengan yang lainya…
Saya
kira kau kan sepaham dengan saya ternyata tidak
Yahh
sudalah biarkan aku sendiri yang masuk nanti..
Taa
tapi Eli…. Pinta Emil
Ahhhh
sudalah jangan campuri urusan saya.
Hari-hari
aku lalui penuh Tanya dan raha ingin tahu memaksaku mengikuti kelas itu, hanya
aku yang mengikuti Mata Pelajaran Agama Islam. Aku duduk palin belakang bersama
teman muslimku Erik. Kenapa engkau mengikuti kelas agamaku, ntar di laporkan
temanmu sama mama dan bapakmu, ahhhh diam saja erik mereka takan tahu kecuali
engkau yang kasih tahu.
Materipun
berlangsung, materi itu mengajarkan tentang kebenaran Islam dan Kesalahan Orang
Kristen Mengatakan Yesus (isya) adalah tuhan. Dalam hati terbakarlah sebuah
amarah yang tak bias aku bending, semakin pak Agus menerangkan Semakin aku
terbakar, hingga aku mengangkat tangan
Iya
kenapa Eli? Pinta Pak Agus
Tampa
banyak basa basi akupun berdiri dan berkata, kenapa bapak mengatakan agama saya
salah dan islam yang benar…. ?
Pak
agus pun menjelaskan rinci demi rinci, tapi membuat amarahku memuncank hinggan
ku lemparkan guruku dengan kursi
Kejadian
itupu di dengar pemilik yayasan, aku dan pak agus di panggil oleh ketua
yayasan. Emil wajar engkau marah, karna engkau mendengarkan Agamamu Dicemooh,
begitupun kami orang muslim sampai titik darah penghabisan kami akan membela
agama kami seperti halnya dirimu lakukan tadi nak. Bukanya kami pilih kasih
jika jam Agama kalian di keluarkan, tetapi untuk menghindari kejadian seperti
ini, yang engkau dengar begitulah cara gurumu menggugah dan memberikan semangat
untuk siswa muslim.
Akupun
meminta maaf pada guru, akupun keluar dari kantor, teman-temankupu mencemoohku,
itu maksud kami Eli, Bukanya kami tak sepaham denganmu, tapi kami menghindari
kejadian ini.
Akupun
hanya bisa menunduk karna tak mendengar perkataan teman-temanku.
Keesokan
harinya, seperti biasa aku masuk sekolah, aku tetap menjadi anak perantauan
yang berharap temukan ilmu untuk membatu Orang tuaku. Seperti biasa aku kekanti
jika keluar main. Tiba-tiba pak agus memanggilku. Eli….. sini dulu. Akupun
berjalan menuju pak agus. Iya pak. Ni eli ada Surat dari Ibumu. Iya pak makasih
Akupun
kembali kekantin dan berniat membaca surat pas sesampai di asrama.
Sesampai
aku di asrama aku membuka surat itu
Dari
ibu untuk Eli
Salam
sejahtera
Anakku,
kedatangan surat ini ibu memberitahukan bahwa ayahmu akan menikah lagi dengan
gadis kampong sebelah. Kedatangn surat ini jangan membuatmu terbebani, di sini
ibu baik-baik saja, tetaplah menimba ilmu dan kejarlah mimpimu.
Anakku
setelah adekmu Lulus Di SMP adekmu akan menimba ilmu di Kota Bima juga Seperti
halnya dirimu
Anakku,
jangan engkau kecewakan ibu
Sabet
Meskipun
ibu menyuruhku agar nda membebani setelah mendengar surat itu, tapi aku tetap
saja memikirkanya, karna ini adalah istri ke4 ayahku, dan mereka akan tinggal
serumah dengan istri keempatnya di rumah yang sama.
Aku
tak tahu apa yang ingin dibuktikan ayahku dengan istri sebanyak itu. Beban
pikiranku semakin bertambah. Bertubi-tubi masalah yang aku alami perantauan.
Keesokan
haripun aku menjalani rutinitasku sebagai siswa, aku selalu hadir cepat. Hai
eli sahut Erik. Iya rik, udah lama? Baru aja Rik, sama- kekelas. Iya rik
Siswapun
berdatangan kamipun siap menimba ilmu. Ibu Jamelah pun masuk kelas dan
mengajarkan sejarah masuknya Islam di Indonesia. Ibu guru menjelaskan awal mula
masuknya Islam di Indonesia, seperti yang di ceritakan pak agus ketika jam
Agama Islam Ibu jamela juga mengatakan hal yang sama islam agama yang benar dan
Kristen yang salah akupun berdiri dan menantang guru berkelahi dan temanku yang
berenam melihat reaksiku merekapun ikut mengepung Ibu Jamela, Erikpun Berlari
Dan Menghadang kami, Jangan Kalian lakukan itu, Dia adalah guru kita, dialah
adalah jendela kita menyapa dunia dan kebenaran. Aku dan teman temankupun
tertunduk malu setelah mendengar perkataan Erik.
Ibu
Jamelapun meminta maaf, begitupun kami meminta maaf pada ibu jamela kami saling
memaafkan.
Oh
iya anak-anaku ibu akan mengadakan saimbara, jika kalian bias menceritakan
sejarah kemerdekaan Indonesia Ibu akan memberikan kalian kado yang istimewa.
Akupun tertantang untuk memenangkan sayembara itu.
Keesokan
harinya kami seperti biasa menjalani ritunitas kami. Dalam hatiku lamanya baru
jam ke 4? Karna di jam ke 4 adalah jadwalnya ibu jamela.
Bunyi
jam ke 4pu berbunyi, aku begitu bersemangat, akupun mengajukan diri untuk
menjelaskan sejarah kemerdekaan Indonesia, akupun memenangkanya dan mendapatkan
hadiah. Akupun bangga bahagia n terharahu atas pencapaianku. Akupun menerima
hadiah dari ibu jamela, ibupun berbisik, jangan engkau baca ketika ramai,
bacalah saat engkau sendiri, akupun mengangguk. Hatik tak sabar ingin
membukanya, bel pulanglah yang aku tunggu.
Saat
tengah malam, aku membuka buku itu, buku itu berjudul antara Islam dan Kristen.
Aku tak ingin membacanya, tetapi hati begitu penasaran aka nisi buku tersebut,
akupun membukanya dan membacanya sampai habis.
Sesampai
aku membacanya aku mulai berpikir dan mengutip isi buku itu, tak ada yang salah
engkau terlahir dirahim ibu yang muslim atau ibu yang Kristen karna setelah
engkau lahir, agamamu adalah pilihanmu dan jalan hidupmu tampa ada yang bias mengintimidasimu.
Aku
mulai membandingkan agamaku dengan Islam, orang tuaku mencari kayu yang begitu
tua untuk membuat tuhanku tetapi kebakaran itu menghanguskan tuhanku, bagaimana
tuhanku bisa menyelamatkaku, sedangkan untuk menyelamatkan dirinya saja dia nda
bisa? Islam menyembah zat yang tak bisa dilihat dan diraba dan member petunjuk
untuk menggapai sisinya yang mulia dengan menjkalankan 5 rukun sahadat. Mana kebenaran
itu?
Diam-diam
aku mulai melepas kalung salibku yang selalu aku kenakan. Eli mana salibmu?? Tanya
Enal dan teman-temanku
Oh
iya…. Llulupa saya pake kembali pas mandi tadi
Oh
gtu….. pinta emil
Yuk
kita masuk kelas
Ok….
Saat
ini jam ibu jamela, telihat muka masam dan kebingungan ketika ibu jamela
melihat senyumku. Ibupun memanggilku, eli hapus papan… iya bu. Udah engkau baca?
Udah bu, makasihbu atas bukunya, bukunya sangat bermanfaat. Kamipu melakukan
ritunitas kami sebagai siswa
Aku
mengkorek-korek informasi tentang islam pada teman sebangkuku erik, erik dengan
bijak menjelaskan tentang agamanya, yampa ragu dan takut erik menuntuntu hingga
tahun 1991 bulan febuari aku mengikrarkan diri masuk islam. Sejak itu aku mulai
mengalami masalah besar dengan ibuku, ibuku tak menginginkan aku pindah agama
hingga aku tak di anggap sebagai anaknya dan melarang aku kembali di Ende kampong
halamanku. Dengan tekad dan bekal ilmu agama Islam aku terus menjalani hidup
sesampai ketua yayasan mengangkatku sebai anaknya.
Di
tahun yang sama adeku dating ke kota bima untuk menimba ilmu seperti halnya
diriku, adeku menyampaikan amanat sang bunda lewat surat yang dia kirim lewat
adeku
Untuk
elisam
Walapun
engkau sudah masuk islam jagan engkau hasud Anca untuk ikut agamamu
Sabet
Mendengar
pesan itu aku tak mengenalkan adeku tentang agamaku, akan tetapi adeku selalu
bertanya akan Islam, hingga aku tak berdaya Anca tetap memaksaku menjelaskan
tentang islam. Islam itu agama yang benar, kita telah keliru mengimani yesus
(Isya) adalah tuhan, karna yesus adalah mahluk ciptaannya seperti halnya kita
akan tetapi dia terlahir tampa ayah dan dia di ciptakan Langsung oleh Allah
MAnjada Wajada maka jadilah kita, Islam mengakui Nabi Isya (yesus) adalah Nabi
mereka dan menjadi salahsatu penuntun umat dan nabi terakhir adalah Muhammad
SAW, Agama kita mengakui isya (yesus) adalah tuhan, kita berada dalam kesesatan
yang nyata. Meski kita terlahir dari rahim Kristen bukan Islam tapi kita berhak
meyakini agama islam sepertinya mereka yang terlahir di rahim muslim.
Ancapun
masuk islam, mendengar merita iru ibukupun sakit, aku dan Anca kembali Ke ene
untuk menjenguk ibu kami.
Ibu
tak ingin berbicara pada kami, bahkan menyebut dan melihat kami ibu tak mau,
akupun memberikan penjelasan pada ibu kami, aku member tahu ibuku seperti
halnya aku member tahu adeku, ibu pun mulai mau melihat dan menyapa kami, tepat
tagal 20 desember 1991 pukul 10 malam ibuku masuk islam akupun bangga pada
ibuku karna beliyau telah memeluk islam, hal sedih terjadi pukul 00.12 ibuku
menghembuskan nafas terakhirnya, tapi aku tak begitu sedih karna ibuku telah
memeluk islam sebelum iya menghadap Allah SWT.
Penuh
kesedihan aku bersama adekku kembali di kota serambi Ahlak islami, kami hidup
sebatangkara, kami menetap di bima menjalani hidup yang kami pilih.
Bagiku
tak ada yang istimewah kau terlahir dirahim yang mana?
Bagiku
hidup ini adalah pilihan
Bagiku
hidup ini adalah keyakinan
Bagiku
inilah jalan hidupku
Sekarang
aku menjadi manusia seutuhnya
Nanti
aku tap menjadi manusia yang di ridhoi ALLAH SWT
Allahu
Akbar (Allah Maha Besar)